ADI SUCIPTO/KP

MERIAH: Halimi Hadibrata (depan, berjas) pada penyerahan piala dan piagam kepada para pemenangan lomba di festival Tunas Bahasa Ibu Kaltim 2022 di Atrium Samarinda Central Plaza, Jumat (25/11).

 

Kantor Bahasa Kaltim Siap Tampilkan para Pemenang di Kancah Nasional ---sub

Apresiasi Peserta Festival Tunas Bahasa Ibu

 

Tepuk tangan beradu, menambah kemeriahan malam penutupan Festival Tunas Bahasa Ibu 2022 garapan Kantor Bahasa Kaltim yang diikuti enam kabupaten/kota se-Kaltim, di Atrium Samarinda Central Plaza, Jumat (25/11). 

 

PARA pemenang ajang tersebut dipanggil satu demi satu naik ke panggung, menerima piagam dan piala atas prestasi yang diraih (lihat infografis).

Apresiasi tinggi turut disampaikan Kepala Kantor Bahasa Kaltim Halimi Hadibrata atas partisipasi 84 peserta dari tingkatan, SD, SMP, hingga komunitas adat yang telah berjuang, menunjukkan kemampuan berbahasa daerah. Yakni, bahasa Kenyah, Kutai, dan Paser. “Jadi festival pertama bertema bahasa daerah. Antusias peserta sangat tinggi, begitu juga dukungan dari kabupaten dan kota masing-masing,” ucapnya Jumat (25/11).

Sebagai informasi, rangkaian kegiatan itu dimulai sejak Juni lalu, dimulai dengan koordinasi Kantor Bahasa Kaltim dengan Dinas Pendidikan di enam kabupaten/kota, yakni Pemkab Paser, Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Kartanegara (Kukar), Kutai Barat (Kubar), Kutai Timur (Kutim), dan Samarinda. Program yang bertujuan merevitalisasi bahasa daerah itu pun diikuti para guru untuk diberi pelatihan pengajaran bahasa, dalam rangka mendorong tiap daerah untuk memasukkan bahasa daerah dalam muatan lokal. Turut diadakan pula lomba serupa dari tingkat kecamatan, kabupaten dan kota, hingga tingkat provinsi yang diadakan Kamis–Jumat (24–25/11) di Samarinda. 

Halimi menyebut, para pemenang ajang tersebut akan menjadi perwakilan Kaltim untuk hadir dalam seremonial hari Bahasa Ibu Internasional di Jakarta pada 21 Februari 2023 mendatang. Harapannya para peserta juga terus bersemangat untuk menyebarkan kemampuan berbahasa daerah kepada teman-teman di sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. 

“Kepada anak yang terpilih, telanjur menjadi orang pilihan. Agar terus menjadi orang terpilih. Pantang menjadi orang yang terpilah, serta kepada para pemuda agar bangga bisa berbahasa atau bertutur bahasa daerah, karena itu bagian dari jati diri,” ungkapnya.

Dia menambahkan, tahun depan festival serupa akan kembali digelar dengan bahasa yang berbeda, yakni bahasa Berau dan bahasa Banua. Termasuk menggelar kegiatan serupa di Kalimantan Utara (Kaltara) untuk peletarian bahasa Bulungan. “Semoga bahasa daerah semakin lestari karena itu merupakan identitas diri, sehingga para pemuda bisa menerima warisan budaya dan kearifan lokal nenek moyang,” kuncinya. (dra/k8)

 

DENNY SAPUTRA

@dennysaputra46