SAMARINDA-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Mulawarman (Unmul) kembali melaksanakan pelatihan. Kali ini Coaching Penyusunan Proposal Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penelitian Bidang Sosial. Kegiatan tersebut digelar dua hari pada 17-18 Oktober, secara daring melalui Zoom Meeting dan luring di Unmul Hub. 

Dalam sambutannya  Dr Rosmini MH sebagai ketua Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dan Kebijakan Publik LP2M Unmul memberikan apresiasi kepada para narasumber yang telah membagi ilmunya juga kepada para peserta yang telah hadir baik secara luring maupun daring. 

Diharapkan  ada trik yang bisa disampaikan karena sangat dibutuhkan. “Apalagi tuntutan dosen adalah pengabdian kepada masyarakat dan penelitian, jika tidak melakukannya, maka katanya itu bukan dosen,” ucap Rosmini.

Hadir sebagai pemateri di hari pertama, Senin (17/10), yakni Staf Ahli Rektor Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Prof Dr Sc Agr Ir Didik Sulistyanto. Materi yang disampaikan mengenai Trik dan Strategi Penyusunan Proposal Pengabdian kepada Masyarakat: Kiat Sukses Lolos Pendanaan Hibah Abdimas DRTPM Kemendikbudristek RI 2023. 

Didik mengatakan dalam kurun waktu tidak lama lagi, sekitar minggu depan, jadwal dari Dirjen Dikti akan melaunching BIMA. Jika dilihat dari aktivitasnya, mulai dari MBKM, IKO, aktivitas pengabdian penelitian itu tidak bisa dipisahkan. Jadi dengan kegiatan aktivitas yang dilakukan saat ini berbasis semua di sistem yang namanya Sinta. 

“Sehingga Sinta yang ada harus diupgrade, perlu ditambahkan bahwa Sinta yang bisa mengupgrade dari rangking tidak hanya dari publikasi. Namun dari hak cipta, paten, naskah akademik, dari karya monumental, buku, itu semua akan bisa mengupgrade dari rangking,” terang Didik.

Dalam pengabdian masyarakat tidak ada perubahan, pengabdian itu masih berbasis pada pemberdayaan tiga hal, pertama berkaitan dengan kemasyarakatan, kedua berkaitan dengan kewilayahan, dan ketiga berkaitan dengan kewirausahaan. 

“Kenapa ini penting, karena semua informasi yang berkaitan dengan BIMA, jika dilihat dari pola-pola untuk pengajuan kita, Sinta menjadi yang pertama, jadi semua kunci aktivitas based on Sinta. Optimalkan semua aktivitas dari Sinta, ugrade itu, jabung otomatis akan naik, kinerja lembaga juga dilihat dari sinta,” jelasnya. 

Didik melanjutkan program Matching Fund dengan pengabdian itu merupakan satu payung. Hilirisasi dari penelitian. Matching fund saat ini sudah batch keempat, masih ada sisa Rp 350 miliar. Ke depan akan dibuka batch kelima.

“Oleh karena itu saat ini adalah waktu yang tepat untuk coaching. Karena minggu depan akhir Oktober, sudah ada permintaan proposal, baik riset pengabdian, maupun proposal matching fund. Pada awal Januari 2023 akan diseleksi, Februari, Maret akan ada kontrak. Matching fund pada bulan November akan ada seleksi dan didanai untuk 2023 dengan anggaran Rp 350 miliar dari Rp 1,2 triliun,” ucap Didik. 

Setelah sesi pertama berakhir, dilanjutkan dengan bedah proposal serta penyerahan sertifikat kepada para narasumber. (arina/far)