KIEV – Perang berlangsung berlipat-lipat lamanya dari yang diperkirakan. Ukraina ternyata mampu memberikan perlawanan sangat sengit. Tapi, Rusia masih keras kepala untuk meneruskan serangan ke negeri tetangga mereka tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin (21/9) menyatakan bahwa dirinya telah menandatangani dekrit mobilisasi parsial. Sekitar 300 ribu tentara cadangan Negeri Beruang Merah itu akan dikerahkan untuk membela negara.
’’Wajib militer hanya berlaku bagi warga negara yang saat ini berada di pasukan cadangan, terutama yang pernah bertugas di angkatan bersenjata, memiliki profesi militer tertentu, dan pengalaman yang relevan,’’ ujar Putin seperti dikutip BBC.
Presiden Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu menekankan bahwa wajib militer tidak akan dikirim untuk berperang di Ukraina. Pasukan tambahan diperlukan untuk mempertahankan garis depan yang membentang sekitar 1.000 kilometer. Serangan balik pasukan Ukraina di beberapa lokasi memang berhasil memukul mundur pasukan Rusia hingga ke area perbatasan yang memisahkan kedua negara.
Putin menegaskan bahwa mobilisasi itu bukan sekadar gertakan. Seandainya mau, ada 25 juta pasukan cadangan yang bisa dikerahkan. Tapi, untuk sementara hanya 300 ribu orang itu yang berangkat. Putin menuding negara-negara Barat telah mencoba menghancurkan negaranya dengan cara mendukung Ukraina.
Kremlin akan mengerahkan seluruh kemampuan militernya untuk mendukung penduduk Ukraina yang ingin menentukan nasibnya. Pemimpin 69 tahun itu memaparkan bahwa jika ada yang mengancam negaranya dengan senjata nuklir, senjata tersebut juga bisa berbalik ke mereka. Rusia memang termasuk dalam daftar pemilik senjata nuklir.
’’Negara kami juga memiliki berbagai senjata pemusnah massal dan dalam beberapa kategori lebih modern daripada yang dimiliki oleh negara-negara NATO. Ini bukan gertakan,’’ tegas Putin seperti dikutip The Guardian.
Pernyataan Putin tersebut dikeluarkan menyusul kekalahan berturut-turut pasukan Rusia dalam operasi militer di Ukraina. Menhan Rusia Sergei Shoigu mengungkapkan bahwa 5.937 tentara Kremlin tewas di Ukraina.
Namun, versi Inggris, total korban di pihak Rusia mencapai 25 ribu orang. Sementara itu, Ukraina mengklaim telah membunuh 50 ribu tentara Rusia. Jumlah mana pun yang benar, tetap saja itu adalah angka yang cukup tinggi.
Sehari sebelum pidato Putin, pasukan separatis Ukraina pro-Rusia menyatakan akan menggelar referendum. Mereka ingin bergabung dengan Moskow. Referendum tersebut bakal digelar pada 23–27 September ini.
Ada empat wilayah yang bakal menggelar referendum. Yaitu, Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Wilayah-wilayah tersebut tidak dikuasai oleh separatis Ukraina 100 persen. Itu disebabkan sebagian wilayah sudah berhasil direbut kembali dan dibebaskan.
Seandainya benar terjadi, itu akan menjadi momen kali kedua Rusia mencaplok wilayah Ukraina. Pada 2014, Rusia menggelar referendum di Krimea dan mengambil wilayah strategis tersebut secara sepihak.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan tidak yakin bahwa Rusia akan benar-benar menggunakan senjata nuklir. Sedangkan Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa apa yang dilakukan Putin adalah tindakan putus asa dan aksi kriminal perang. Dia yakin Rusia tidak akan menang.
Beberapa pihak menilai bahwa pernyataan Putin terkait senjata nuklir bukan sekadar gertakan. Tokoh oposisi Rusia yang kini dipenjara, Alexei Navalny, menegaskan bahwa jika senjata pemusnah massal dikerahkan, itu akan menjadi tragedi luar biasa.
’’Pernyataan Putin melampaui doktrin nuklir Rusia,’’ ujar Andrey Baklitskiy, peneliti senior di Program Senjata Pemusnah Massal dan Senjata Strategis Lainnya di Institut PBB untuk Penelitian Perlucutan Senjata.
Dia menjelaskan bahwa Rusia sebelumnya punya aturan untuk menggunakan senjata nuklir dalam perang konvensional ketika keberadaan negara terancam. Pada situasi saat ini, justru Rusia yang mengancam negara lain.
Di pihak lain, seorang ahli politik Rusia, Mark Galeotti, mengatakan bahwa ancaman nuklir Putin belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dia mempertanyakan apakah Putin benar-benar berencana merealisasikan ancamannya yang berarti memulai perang nuklir. (sha/c6/ttg)