//ADA QR//
FOTO DOKUMEN BASIRUN
KETEMU MENTOR: Bima Sakti (kanan) saat menemui Basirun Gangga (kiri) di kediamannya di kawasan Sepinggan, Balikpapan.
Pada 28 Agustus lalu, Pelatih Kepala Timnas Indonesia U-16 Bima Sakti mengunjungi seorang pria di sebuah rumah sederhana di kawasan Sepinggan, Balikpapan Selatan.
M RIDHUAN, Balikpapan
NAMA Bima Sakti sebagai pelatih kepala dielu-elukan setelah Timnas Indonesia U-16 sukses merebut juara di Piala AFF 2022. Garuda Muda berhasil menaklukkan Vietnam dengan skor 1-0 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (12/8) malam. Itu merupakan gelar juara kali kedua yang dikoleksi Indonesia setelah sebelumnya menjadi kampiun di Piala AFF U-16 2018.
Dalam prosesnya, Bima Sakti memang tidak sendiri. Kerja sama dan keterlibatan tim pelatih jadi kunci keberhasilan Timnas Indonesia U-16. Doa dan dukungan dari masyarakat bola ikut andil, salah satunya dari Basirun Gangga. Seorang pria berusia 75 tahun yang saban pertandingan gelaran Piala AFF U-16 2022 selalu berada di depan televisi. Menyemangati dan menganalisis jalannya pertandingan. Kemudian mengirimkan pesan WhatsApp ke Bima Sakti.
“Saya bertemu Bima Sakti saat dia masih duduk di bangku SMP 5 Balikpapan. Saya latih dia bola bersama teman-temannya di Lapangan Auri (Lanud Balikpapan),” ungkap Basirun, menceritakan masa lalunya kepada Kaltim Post yang berkunjung ke rumahnya pada, Jumat (2/9). Untuk menghargai prestasi Bima Sakti sebagai pemain Timnas Indonesia kala itu, Lapangan Auri tersebut berganti nama menjadi Lapangan Bima Sakti.
Awal pertemuan Basirun dengan Bima Sakti berlangsung sekitar 1989. Kemudian melihat kondisi lingkungan, pada 1990, Basirun berinisiatif membuka “sekolah bola”. Mengajak anak-anak di sekitar kawasan Sepinggan tempat dia tinggal untuk dilatih secara gratis.
Selain Bima Sakti, dirinya total menempa hingga 656 anak-anak. Dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Di mana banyak di antaranya bergabung di skuad Persiba Junior. Hingga dirinya pensiun melatih pada 1997 karena kesibukan bekerja sebagai part consultant di sebuah perusahaan alat berat.
“Bima Sakti itu anaknya, rajin, sangat sopan, dan disiplin. Hormat sama orangtua. Makanya, saya tidak heran begitu dia sukses sebagai pemain bola dan dipilih jadi pelatih kepala di Timnas U-16,” ungkapnya.
Melatih sepak bola tidak melulu di lapangan hijau. Basirun menyebut kerap mengajak anak asuhnya, termasuk Bima Sakti untuk berlatih di pantai, membantu membersihkan kebun hingga menyapu halaman. Kekompakan yang dibangun, terbukti membawa tim sepak bola yang dibentuk Basirun disegani hingga selalu tampil di final kompetisi liga remaja kala itu.
“Dulu, sepak bola Balikpapan terpecah menjadi dua zona yang kuat. Zona barat itu sepak bola di Kampung Baru, kalau di timur di Sepinggan sini. Pasti keduanya bertemu di final. Dan Bima Sakti yang posisi di gelanggang pasti saya andalkan. Karena tendangan dia untuk cetak gol yang bagus. Dan selain striker itu ada namanya Juma, pasti Bima sering cetak gol,” ucapnya.
Basirun muda awalnya adalah pemain sepak bola di bawah naungan perusahaan. Menyukai hobi tersebut sejak SR (sekolah rakyat, kini SD) dan ketika bekerja sebagai karyawan, juga berkarier sebagai pemain pada 1974.
Posisi Basirun di lapangan hijau adalah sebagai gelandang penyerang. Sejumlah kompetisi lokal pernah diikuti. Salah satunya, Liga Gala Karya Balikpapan. Meski kala itu, kata dia, turnamen yang berlangsung tidak diakui oleh Persiba Balikpapan. Dalam perjalanan kariernya sebagai pemain sepak bola, Basirun sempat ikut bergabung dan membawa tim sepak bola Kaltim Post Group juara di kompetisi lokal.
“Pemain sepak bola itu utamanya fisik, kemudian teknik lalu taktik dan strategi harus dikuasai. Terakhir, mental yang kuat. Kepada Bima Sakti, saya selalu tekankan kepada pemain harus berani membawa bola ke daerah lawan. Jangan buat kesalahan, kalau bisa lawan yang buat kesalahan,” beber Basirun yang selalu saling berkirim pesan doa dan strategi ke Bima Sakti selama kompetisi Piala AFF 2022 berlangsung. (rom/k15)