Masih ada pesut mahakam. Walau jumlahnya hanya puluhan. Tugas manusia, adalah memastikan habitat mereka tetap aman dan bersahabat untuk hidup. Perlu regulasi dari pemerintah. Supaya pesut tak kebingungan dengan sibuknya sungai dan tongkang, juga bisa mencari ikan kesukaan mereka dengan aman.

 

NOFFIYATUL CHALIMAH, Kutai Kartanegara

[email protected]

 

PADA Desember 2021, Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK-RASI), mencatat ada 67 pesut mahakam. Co-Founder YK-RASI Danielle Kreb mengatakan, monitoring ini dilakukan dengan metode yang lebih akurat. Identifikasi pesut mahakam yang penampakannya tertangkap kamera, dilakukan dengan metode yang sudah berstandar. Dalam enam tahun terakhir, jumlah pesut mahakam tercatat fluktuatif, dari 61–75 ekor tiap tahun.

Ketika diwawancara Kaltim Post pekan lalu, Danielle baru saja kelar monitoring pesut mahakam yang kedua pada 2022. Sepanjang 2022 ini, ada kelahiran dua bayi pesut dan sudah ada seekor bayi pesut yang mati.

“Sayangnya, tubuhnya itu sudah membusuk dan tidak bisa dinekropsi,” sambung perempuan asal Belanda itu. Danielle lalu menceritakan kisah sedih tahun lalu. Ketika ada bayi dan induk pesut mahakam mati dalam waktu berdekatan. Mereka diduga mati karena makan udang yang sudah dipotas. Sang induk adalah musmus.

Termasuk salah satu pesut mahakam yang kerap dijumpai Danielle. Memang, kematian pesut mahakam 70 persen banyak disebabkan rengge. Namun, sekarang ketika dinekropsi detail, pesut mahakam juga bermasalah dengan ikan-ikan yang diracun dan setrum ikan. Tak bisa dimungkiri, sebab kematian pesut mahakam ini banyak berkaitan dengan aktivitas manusia. Kini, hidup mereka makin ke hulu. Pesut tidak lagi mudah ditemukan di perairan Sungai Mahakam di Samarinda. Mereka justru hidup di anak-anak Sungai Mahakam dan danau-danau di sekitarnya.

Aktivitas kapal-kapal besar, bikin mereka makin minggir. Sebab, pesut mahakam tidak bisa melihat. Untuk bergerak, dia mengandalkan sonar. Ketika banyak kapal besar lewat, akan mengganggu gerak mereka. Karena itu, pihaknya melakukan pertemuan di perusahaan tambang besar di kawasan Mahakam Tengah. Meminta perusahaan tambang itu, ketika membawa tongkang bisa mengatur alur tongkang batu bara agar meminimalisasi mengganggu pesut mahakam. Seperti tidak memenuhi sungai dengan tongkang dan memberi jeda kapal-kapal itu lewat. Sebab, saat ini sungai-sungai yang biasa tempat pesut bermain juga kerap disibukkan dari kapal tongkang yang lewat.

Karena itu, perlu regulasi untuk mengatur agar pesut bisa mencari makan, bermain, dan menghirup udara lebih leluasa. Sejak 2020, Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara nomor 75/SK/-BUP/HK/2020 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam. Di Indonesia, kawasan Mahakam Tengah ini menjadi konservasi perairan air tawar pertama di Indonesia. Surat ini pun diteruskan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Usulan ini mendapat lampu hijau dari KKP. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo pada Juli lalu menerangkan, KKP menargetkan luas kawasan konservasi perairan di Indonesia seluas 32,5 juta hektare di 2030.

“Salah satu tujuan penetapannya adalah biota perairan terancam punah, endemik dan langka yaitu habitat pesut Mahakam di Kalimantan Timur,” papar Victor. Menurut Victor, ancaman terhadap pesut mahakam sudah sangat serius dan terus berlangsung sampai saat ini. Di berbagai pemberitaan juga sering ditemukan pesut mahakam yang mati tersangkut jaring nelayan, tertabrak kapal, dan sebagainya. Selain itu, degradasi habitat akibat meningkatnya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan dikhawatirkan akan membawa pesut mahakam pada kepunahan.

“Kami sangat mengapresiasi upaya pelestarian pesut mahakam yang dilakukan bupati Kutai Kartanegara dengan mengusulkan habitat pesut mahakam di wilayahnya sebagai kawasan konservasi kepada menteri kelautan dan perikanan,” ungkapnya. (riz/k16)