SURABAYA – Ekonomi Indonesia menuju transformasi digital. Strategi percepatan yang dilakukan Bank Indonesia adalah sistem pembayaran quick response code Indonesian standard (QRIS).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menyatakan, digitalisasi merupakan game changer dalam akses percepatan inklusi keuangan. Sebab, berkat teknologi itu, halangan geografis yang biasa menghambat akses keuangan kini menghilang. ’’Digital transformation merupakan satu di antara tiga area utama Presidensi G20 Indonesia. Karena itu, kami ingin terus meningkatkan inklusi keuangan digital di dalam negeri,’’ ujarnya dalam side event G20 bertema Digital Financial Inclusion Summitdi Surabaya Rabu (25/5).
Dody menyebut QRIS sebagai solusi terbaik untuk mencapai tujuan tersebut karena membantu transaksi pembayaran digital di berbagai sektor. Secara nasional, hingga April 2022, jumlah merchant telah mencapai 17,24 juta. Angka itu naik hampir tiga kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 6,9 jutamerchant.
’’Makin banyak yang menggunakan pembayaran digital. Per April 2022, ada 19,2 juta pengguna. Tahun ini kami memproyeksikan jumlah pengguna bisa bertambah 15 juta lagi,’’ katanya.
Secara volume, penggunaan QRIS telah mencapai 68,2 juta transaksi. Nominal transaksi sampai bulan lalu tercatat tumbuh 468 persen. Dari Rp 1,6 triliun per April 2021 menjadi Rp 7,5 triliun.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Budi Hanoto menuturkan, penetrasi QRIS harus diterapkan di semua level. Khususnya bagi mereka yang biasanya tidak terjangkau oleh teknologi pembayaran. ’’Sasaran kami adalah pedagang-pedagang di pasar tradisional,’’ ungkapnya.
Pada 2021, Bank Indonesia Jatim telah merealisasikan program Pasar Siap QRIS di 14 pasar tradisional dan modern di Jatim. Tahun ini mereka menargetkan penambahan 14 lokasi. ’’Tahun lalu sebagian besar yang kami incar berada di Surabaya dan Sidoarjo. Tahun ini di kota lain. Misalnya, Banyuwangi, Madiun, Mojokerto, dan Nganjuk,’’ jelasnya. (bil/c14/dio)