Momen Ramadan bisa menjadi pintu bagi warga binaan mencari keberkahan. Mendekatkan diri dengan Tuhan. Berbagai cara dilakukan. Salah satunya rutin belajar menghafal Al-Qur’an.

 

M RIDHUAN, Balikpapan

[email protected]

 

LANTUNAN ayat suci Al-Qur’an terdengar di dalam masjid yang berada di antara jeruji besi di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Balikpapan. Puluhan warga binaan berkumpul menghadap kitab suci. Dipandu seorang guru, mereka berusaha untuk menghafal. Kelak, bisa memperoleh sertifikat sebagai hafiz. Hingga mampu menjadi seorang guru agama.

“Ini adalah salah satu tugas kami di lapas sebagai membina narapidana. Untuk memulihkan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan warga binaan,” ucap Kepala Lapas Kelas IIA Balikpapan, Pujiono Slamet, Selasa (26/4).

Diakui Pujiono, tugas pembinaan lapas memang berat. Mengingat sejak awal, kondisi lapas sudah tidak layak. Secara sumber daya manusia, ruang, dan infrastruktur. Sejak 1948, antara kamar dengan penghuni tak pernah sinkron. Hingga kemarin, lapas berkapasitas 567 orang, kini dihuni 1.351 orang. Artinya hampir tiga kali lipat melebihi kapasitas. “Sudah over crowded. Seperti mobil Avanza kapasitas 7 orang dinaiki 21 orang. Kalau tidak kecelakaan, kami sudah bersyukur,” ujarnya.

Baginya, dengan penanganan petugas dan kerja sama warga binaan, semua aktivitas pembinaan bisa berjalan lancar. Itu juga tidak lepas dengan berbagai macam program. Yang disesuaikan minat dan latar belakang warga binaan. Seperti pembuatan blok pesantren. Yang di dalamnya disiapkan kamar untuk narapidana yang mengikuti kelas tahfiz Al-Qur’an.

Sejak Maret lalu, memang telah disiapkan ruangan khusus agar para penghafal bisa konsentrasi. Selain itu, setiap enam bulan sekali, bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Balikpapan akan turun tim penilai hafalan. “Ini masih tahap seleksi. Karena memang kondisinya yang ikut naik-turun. Tetapi, alhamdulillah ini ada yang sudah sampai hafalan 22-27 juz,” ungkapnya.

Selain itu, berbagai pembinaan baik dari sisi pendidikan, seperti kejar paket dan profesi lainnya tetap berjalan. Tetapi, saat ini sedang hangat adalah profesi yang berhubungan dengan tata boga. Di mana, 200 lebih warga binaan memilih untuk dibina menjadi pembuat kue dan roti. Karena bidang itu disebutnya lebih mudah dan luas secara pemasaran. Dan dari lapas sendiri secara rutin menyediakan ahli untuk mengajar.

“Bahkan mereka yang diuji bisa mendapat sertifikat. Sehingga begitu keluar, apa yang kami harap mereka menjadi manusia yang produktif. Lebih utama tidak lagi melanggar hukum,” jelasnya.

Kembali soal kapasitas lapas, Pujiono menegaskan pihaknya tidak tinggal diam. Karena sejak awal menjadi lapas rujukan, maka penghuninya tidak hanya dari Balikpapan, tapi juga berbagai daerah di Kaltim bahkan Kaltara. Karena letaknya yang strategis untuk mobilitas narapidana. Untuk itu, pada 2021, kelanjutan pembangunan blok hunian pada 2016, lapas terus menambah kapasitasnya.

“Pada 2022 ini pun, kami menyiapkan 2.000 meter persegi untuk menambah blok hunian. Jika berjalan lancar, maka kapasitas hunian Lapas Balikpapan bisa mencapai 750-800 orang,” bebernya.

Semua pengembangan itu, kata Pujiono, juga tidak lepas dari status Balikpapan menjadi kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sehingga, dari Ditjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) memastikan akan menata ulang seluruh perencanaan pembangunan lapas. Termasuk yang berkaitan dengan program, sumber daya manusia (SDM), dan pelayanan.

“Jadi, sudah ada masterplan untuk menata ulang Lapas Balikpapan hingga 2024. Dan lapas telah menjadi role model untuk semua lapas di Kaltim. Karena sudah modern,” lanjutnya.

Salah satu model pembinaan modern yang sudah diterapkan Lapas Balikpapan adalah dengan menerapkan sistem finger print bagi warga binaan. Presensi digital itu adalah bentuk pengawasan selama narapidana hadir dalam setiap pembinaan. Dan itu juga menjadi salah satu indikator pertimbangan lapas mengajukan remisi setiap hari besar seperti Idulfitri 2022.

“Yang kami ajukan remisi Idulfitri 2022 ada 1.179 warga binaan. Tetapi, nanti angka pastinya yang disetujui baru keluar di H-3 Lebaran,” jelasnya.

Pada Hari Bakti ke-58 Pemasyarakatan, hari ini (27/4), Pujiono menaruh harapan. Lapas Kelas IIA Balikpapan bisa naik status menjadi kelas 1. Hal itu memang tidak mudah. Meski secara kapasitas sudah memenuhi syarat, namun pekerjaan rumah soal SDM dan sarana prasarana masih harus diselesaikan.

Apalagi SDM itu yang menjadi ujung tombak keberhasilan pembinaan narapidana. Sehingga, sesuai tema tahun ini “Pemasyarakatan PASTI dan BerAKHLAK mewujudkan Indonesia Maju”.

“Saat ini, Lapas Balikpapan memiliki satu narapidana hukuman mati dan 11 narapidana seumur hidup. Belum lagi yang hukuman 20 tahun, 15 tahun, dan di bawahnya. Tentu ini memerlukan SDM yang mampu menjalankan pembinaan kepribadian dan kemandirian,” tukasnya. (rom/k15)