WASHINGTON DC. – Hakim Arthur Engoron memberikan Donald Trump dua pilihan. Menyerahkan dokumen yang diminta oleh Jaksa Agung negara bagian New York Letitia James atau membayar USD 10 ribu per hari (setara Rp 144 juta). Kewajiban bayar itu baru dihentikan jika dokumen untuk bahan penyelidikan James itu sudah diserahkan oleh mantan presiden AS tersebut.

’’Tuan Trump, saya tahu Anda menganggap serius bisnis Anda, begitu juga dengan saya,’’ ujar Engoron ketika membacakan putusannya Senin (25/4) seperti dikutip MSNBC. Dia juga menyatakan bahwa Trump telah menghina pengadilan dengan tindakannya yang tak mau menyerahkan dokumen itu.

James sedang melakukan penyelidikan sipil terhadap Trump dan Trump Organization. Januari lalu James menyatakan bahwa Trump Organization melakukan tindakan curang dengan menilai terlalu tinggi beberapa aset guna mengamankan pinjaman. Mereka kemudian menurunkan nilai aset tersebut di bawah harga pasaran untuk meminimalkan pajak. Salah satu aset yang dimainkan adalah penthouse milik Trump di Trump Tower Manhattan.

James menyatakan bahwa Trump melanggar perintah pengadilan untuk menyerahkan dokumen akuntansi dan pajak ke penyelidik pada 31 Maret lalu. Trump dan keluarganya sudah berulang kali berusaha menghentikan penyelidikan James. Karena itulah James senang dengan keputusan Engoron tersebut.

’’Selama bertahun-tahun Donald Trump telah mencoba menghindari hukum dan menghentikan penyelidikan sah kami terhadapnya serta transaksi keuangan perusahaannya. Keputusan hari ini memperjelas bahwa tidak ada seorang pun di atas hukum,’’ ujarnya.

Pihak Trump di lain pihak menuding bahwa penyelidikan yang dilakukan oleh James tersebut bermotif politik. Itu karena James adalah anggota partai Demokrat sedangkan Trump Republik. Pengacara Trump, Alina Habba, menegaskan bahwa dia bakal mengajukan banding. ’’Seluruh dokumen yang menanggapi somasi itu sudah disampaikan ke jaksa agung beberapa bulan lalu,’’ ujar Habba seperti dikutip Agence France-Presse. (sha/bay)