Seperti tahun-tahun sebelumnya, kenaikan harga bahan makanan menjadi faktor utama terjadinya inflasi di Kaltim. Komponen ini kembali mendapat atensi pada momen Ramadan dan Idulfitri.
SAMARINDA – Pemerintah dituntut bekerja ekstra untuk menekan lonjakan harga bahan makanan mengingat saat ini daya beli dan mobilitas masyarakat terus mengalami tren peningkatan. Salah satunya, harga minyak goreng yang masih tinggi seiring dengan pencabutan harga eceran tertinggi (HET) bagi minyak kemasan.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Darmansjah M Prijanto mengatakan, pada 2021 inflasi Kaltim berada dalam rentang target inflasi nasional. Namun demikian, inflasi dari bahan pangan masih perlu diwaspadai karena menjadi penyumbang utama capaian inflasi tahunan di 2021.
Secara bulanan, pada Maret 2022 Kaltim mengalami inflasi setelah di bulan sebelumnya tercatat deflasi. inflasi tersebut utamanya bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi.
“Secara spasial, baik Samarinda maupun Balikpapan masih berada pada tingkat inflasi yang relatif rendah. Namun, komoditas penyumbang inflasi yang didominasi oleh volatile food serta bahan bakar rumah tangga tetap harus diperhatikan,” ungkapnya saat high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltim, Selasa (19/4).
Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, kelompok bahan pangan menjadi penyumbang utama inflasi bulanan Kaltim, yang utamanya terjadi pada komoditas daging ayam ras, aneka cabai, dan ikan layang. Sampai minggu kedua April 2022, harga sejumlah komoditas tersebut berada di atas rata-rata harga 3 tahunannya.
Tantangan inflasi Kaltim yang perlu menjadi perhatian bersama adalah bergejolaknya bahan pangan akibat tantangan pasokan, distribusi dan mekanisme pasar, terutama karena membaiknya mobilitas masyarakat di tengah momen HBKN Ramadan dan Idulfitri.
“Untuk merespons tantangan tersebut, diperlukan sinergi antar pihak guna dalam rangka pengendalian inflasi jangka menengah hingga panjang. TPID Kaltim terus melakukan berbagai inovasi dan kebijakan melalui pendekatan kerangka 4K (Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, serta Komunikasi Efektif),” katanya.
Saat Maret, andil minyak goreng terhadap inflasi Kaltim cukup besar. Pada Maret andilnya mencapai 0,19 persen secara bulanan, sedangkan andilnya untuk inflasi tahunan mencapai 0,37 persen. Komoditas ini memang menjadi perhatian bagi semua pihak. Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan Kaltim, pasokan minyak goreng masih tercukupi untuk jangka waktu sekitar satu minggu ke depan.
Meski demikian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa secara bertahap pasokan minyak goreng terus ditambah. Sehingga, diperkirakan akan mencukupi kebutuhan pada Ramadan dan Idulfitri.
“Dalam rangka menyambut Idulfitri, diperlukan sinergi antarpihak guna memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, serta pengendalian ekspektasi masyarakat agar tetap melakukan belanja bijak, guna mengantisipasi risiko inflasi khususnya pada komoditas pangan yang rutin menyumbang inflasi,” pungkasnya. (ndu/k15)
Catur Maiyulinda
@caturmaiyulinda