DILI – Penduduk Timor Leste dihadapkan pada dua pilihan. Peraih Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta ataukah mantan gerilyawan Francisco "Lu-Olo" Guterres. Siapapun yang meraih suara terbanyak bakal memimpin negara tersebut 5 tahun kedepan.
Pemilu presiden yang digelar (19/4) merupakan putaran kedua. Penghitungan suara dilakukan ketika TPS ditutup sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Proses penghitungan suara biasanya berlangsung selama beberapa hari. Baik Ramos-Horta maupun Guterres berjanji untuk menerima hasil perhitungan suara nanti.
Tahun ini ada 860 ribu dari 1,3 juta penduduk Timor Leste yang memiliki hak pilih. Pada putaran pertama 19 Maret lalu, 77 persen pemilih memberikan hak suaranya pada 16 kandidat. Sejak awal, Ramos Horta sudah memimpin. Dia mendapatkan 46 persen suara sementara Guterres yang merupakan petahana hanya mendapat 22 persen saja. Capaian suara yang masih berada di bawah 50 persen membuat putaran kedua harus digelar antara dua peraih suara tertinggi itu.
’’Jika saya menang, saya akan mengadakan dialog dengan partai-partai politik, termasuk Fretilin, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Timor-Leste,’’ ujar Ramos Horta kepada para jurnalis.
Fretilin adalah partai yang digawangi oleh Guterres. Presiden ke-6 Timor Leste itu juga menebar janji manis. Dia menyatakan akan memastikan stabilitas nasional di negaranya. Pilpres kali ini dipandang sebagai kesempatan untuk memulihkan kebuntuan politik antara Kongres Nasional Rekonstruksi Timor-Leste (CNRT) dan Fretilin.
Guterres menang pemilu pada 2017 lalu atas dukungan Pemimpin CNRT Xanana Gusmao. Namun di pemilu kali ini Gusmao mengarahkan partainya untuk mendukung Ramos-Horta yang maju dari jalur independen. Jika menang, peraih Nobel Perdamaian tahun 1996 tersebut mengindikasikan bakal membubarkan parlemen, untuk mengakhiri kebuntuan politik.
Di lain pihak, penduduk Timor Leste pihak tidak menginginkan janji yang muluk-muluk. Mereka menginginkan perbaikan perekonomian dan pendidikan yang memadai. Pandemi Covid-19 telah membuat negara termuda di Asia Tenggara ini terpuruk. Bank Dunia memperkirakan bahwa 42 persen populasi di Timor Leste hidup dalam kemiskinan. (sha/bay)