Moskva rusak parah. Itu adalah kapal jelajah (cruiser) penembak misil milik Rusia yang berada di Laut Hitam. Ia membantu penyerangan ke Ukraina dengan menembakkan rudal dari laut ke daratan. Seluruh kru yang berjumlah sekitar 500 orang langsung dievakuasi.
Versi Kremlin, ada amunisi yang meledak sehingga memicu kobaran api. Namun, menurut Ukraina, merekalah yang mengakibatkan Moskva celaka dengan menembakkan dua misil antikapal. Kapal itu pada Kamis (14/4) mulai tenggelam. Kiev tidak menunjukkan bukti atas serangan tersebut. Namun, bulan lalu mereka berhasil merusak kapal pendaratan Rusia, Orsk, di Laut Azov. Yang jelas, kerusakan Moskva membuat semangat dan moral pasukan Ukraina naik.
Rusia dan Ukraina memang saling mengklaim kemenangan. Kremlin sebelumnya menyatakan bahwa lebih dari 1.000 pasukan Ukraina di Mariupol telah menyerah dan mereka kini menguasai kota pelabuhan tersebut. Tapi, Ukraina menampik hal tersebut.
Mereka ke Kiev menggunakan kereta untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Mereka juga berkunjung ke Borodyanka. Bukti kekejaman pendudukan Rusia terlihat di kota yang dekat dengan ibu kota negara tersebut. ’’Pertarungan untuk masa depan Eropa tengah terjadi di sini,’’ kata Presiden Lithuania Gitanas Nauseda seperti dikutip The Guardian. Dia menyerukan sanksi lebih keras ke Rusia.
AS, di lain pihak, memberikan tambahan kucuran bantuan militer senilai USD 800 juta atau Rp 11,48 triliun. Jika dihitung sejak awal invasi, Washington sudah mengucurkan USD 2,5 miliar atau Rp 35,9 triliun. Bantuan itu berupa sistem artileri, peluru artileri, pengangkut personel lapis baja, kapal pertahanan pantai tak berawak, dan berbagai senjata lainnya. Senjata bantuan dari negara-negara Barat terbukti mampu membuat pasukan Rusia memberikan perlawanan. Kiev sudah berhasil memukul mundur pasukan Moskow dari Sumi. Di kota tersebut, ditemukan lebih dari 100 jenazah.
Ukraina juga berhasil meledakkan jembatan di Kharkiv saat tentara Rusia melaluinya untuk menuju Izyum. Rombongan tersebut adalah pasukan yang akan membantu serangan di Donetsk. Di sisi lain, Rusia dan Ukraina menyetujui sembilan koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi penduduk yang terjebak pertempuran.
Kiev juga berencana berperang dengan Moskow lewat jalur hukum. Mereka tengah mengumpulkan bukti-bukti kejahatan kemanusiaan tentara Rusia di Ukraina. Jaksa Agung Iryna Venediktova ditunjuk untuk memimpin penyelidikan. Mereka berkeliling ke Bucha dan sekitarnya untuk mencari bukti yang bisa memberatkan Rusia.
Terpisah, Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengungkapkan bahwa dalam beberapa pekan ke depan negaranya akan membuat keputusan. Itu terkait dengan rencana mereka bergabung dengan NATO. Karena hanya berstatus partner, Finlandia merasa tidak dilindungi oleh pasal 5 kesepakatan NATO. Yaitu, jika satu anggota diserang, dianggap serangan terhadap semua anggota lainnya. Selain Finlandia, Swedia juga mempertimbangkan untuk bergabung.
Mengetahui fakta itu, Kremlin berang. Mereka memperingatkan jika dua negara tersebut bergabung ke NATO, mereka akan mengambil tindakan ke negara-negara Baltik. ’’Tidak akan ada lagi pembicaraan status bebas nuklir untuk Baltik,’’ ujar Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia. (jpc)