RAMA SIHOTANG/KP
Belasan Bangunan yang Ludes Dilahap Api
Kebakaran jadi momok bagi warga yang tinggal di permukiman padat. Sudah dua musibah tak diinginkan itu terjadi kurang dari sepekan, terlebih jelang Ramadan. Kala api mengamuk di kawasan Raudah, Kecamatan Samarinda Ulu, Senin (28/3) lalu, kemarin (30/3), permukiman padat kembali diamuk si jago merah di Jalan P Antasari, Gang Padat Karya, RT 30, Kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang.
SIRENEmemecah keramaian jalanan ibu kota Kaltim. Mengarah ke Jalan P Antasari, Gang Padat Karya. Baik petugas pemadam kebakaran maupun relawan, berusaha secepat mungkin sampai ke lokasi kejadian.
Di jalanan yang sempit, api semakin menjadi. Rumah-rumah yang rata-rata bermaterialkan kayu jadi sasaran. Petugas kesulitan lantaran harus aksesnya tak bisa langsung lebih dekat. Slang Panjang saling dihubungkan untuk bisa mendekati titik api. Sementara itu, warga yang bermukim di kawasan tersebut sudah panik. Langkah kaki hilir-mudik menyelamatkan harta benda yang dimiliki. Menjinakkan si jago merah memang bukan perkara mudah. Pasalnya, kawasan tersebut minim saluran air yang memadai. Mengamuk sekitar 90 menit, si jago merah melahap belasan bangunan.
Ketua RT 30 Muhammad Hatta menerangkan, berdasarkan informasi api berasal dari salah satu rumah bangsal sewaan yang ditempati seorang perempuan yang tinggal sendiri. "Infonya korsleting listrik. Tapi menurut keterangan para saksi awal yaitu tetangganya, ibu itu sedang menyalakan kompor," jelasnya. Namun, setelahnya ditinggal ke tempat anaknya untuk menjaga cucu di gang lain. "Ibu itu mengakunya sudah selesai masak dan kompor sudah mati. Baru kemudian dia pergi ke tempat anaknya," ungkap Hatta.
Akibatnya, satu bangsalan tiga pintu habis terbakar. Setelah itu, api pindah ke belakang, karena sisi kiri dan kanan rumah bangsalan itu terbuat dari beton, sehingga tidak termakan api. "Di gang sebelah bangunannya habis," tuturnya. Dari data yang dikeluarkan Kelurahan Teluk Lerong Ulu, ada 19 bangunan yang terdampak, dengan 16 di antaranya rumah tunggal, dan tiga rumah bangsal. Menyebabkan 25 kepala keluarga dengan total 97 jiwa terpaksa merasakan awal Ramadan dengan mengungsi.
Hatta menyebut, yang menjadi kendala adalah pemadaman. Karena jalanan sempit dan tidak terdapat air di sekitar lokasi. Sehingga pemadam harus memotong saluran air PDAM serta mengambil air di sungai dan parit. "Karena sempit, mereka tarik slang tapi tidak cukup," ungkapnya. Kemungkinan jarak sungai ke lokasi kebakaran adalah 150 meter. Namun, slang yang ada hanya sekitar 100 meter. "Terakhir ketika ada selang besar yang merah itu baru api padam, termasuk mereka yang mengambil air di parit," pungkasnya. (dra/k8)
ASEP SAIFI ARIFIAN
@asepsaifi