Transformasi digital disebut-sebut sebagai kunci kebangkitan ekonomi yang saat ini terkena dampak pandemi. Selain itu, perlu dukungan kebijakan perdagangan ekonomi dan investasi global yang terbuka dan tidak mengalami hambatan untuk membangkitkan kembali perekonomian dunia.

 

BALIKPAPAN - Kerja sama dalam hal transformasi digital antarnegara juga diharapkan bisa menjadi salah satu kebijakan multilateral yang mendukung upaya kolektif dalam semangat kolaborasi di dalam G20. Dalam kondisi dunia masih penuh ketidakpastian akibat pandemi, negara-negara meninjau kembali kebijakannya, membuat landasan baru yang bisa beradaptasi dengan disrupsi dan meningkatkan ketahanan ekonominya. Sehingga, dapat dilihat terjadinya reformasi global.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (Dirjen KPAII) Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto Kemenperin menyampaikan, saat ini dibutuhkan kebijakan industri yang bisa bersinergi dengan kebijakan perdagangan serta investasi untuk memaksimalkan peran industri, tidak hanya sebagai penggerak utama ekonomi, tapi juga bagi inovasi.

“Sektor industri berpotensi menciptakan perubahan struktural dengan mengadopsi dan menggunakan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dalam Global Value Chains (GVCs),” kata Eko, Selasa (29/3) malam.

Pemerintah melihat ekonomi global dapat berangsur pulih dengan formulasi kebijakan yang dijalankan dengan baik dan terukur. Karenanya, pertemuan pertama Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Solo merupakan capaian yang penting untuk memperkuat pijakan melalui diskusi G20 bagi bidang perdagangan, investasi, dan sektor industri dalam pemulihan ekonomi global yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono selaku Chair of TIIWG menyampaikan terima kasih atas kehadiran delegasi dalam pertemuan pertama TIIWG di Solo. “Kami berharap, working group ini dapat menghasilkan outcome yang produktif dan kredibel, serta hasil yang bermanfaat,” ujar Djatmiko.

Djatmiko menyampaikan, organisasi-organisasi dunia antara lain World Bank, UNCTAD, OECD, dan IMF memaparkan outlook ekonomi global terkait situasi perekonomian dunia saat ini. “Secara umum, pemaparan tamu undangan memperlihatkan global economy recovery, meskipun tidak berjalan secara merata di seluruh dunia. Ini yang menjadi catatan, ke depan diharapkan G20 dapat memberikan dorongan secara bersama-sama untuk melakukan pemulihan secara kolaboratif,” ujar Djatmiko.

Ia menambahkan, sebagian besar delegasi yang hadir mendukung agenda prioritas presidensi serta isu-isu utama TIIWG. “TIIWG bertujuan menggalang kerja sama menyikapi dinamika dan persoalan saat ini, para anggota mendukung apa yang diangkat dalam forum karena sangat relevan dengan apa yang kita hadapi saat ini,” jelasnya.

Selanjutnya, perjalanan TIIWG dalam presidensi Indonesia di G20 masih berlanjut hingga pertemuan tingkat menteri pada bulan September yang akan datang di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno memberikan gambaran pembahasan sektor investasi pada pertemuan TIIWG selanjutnya pada Juni mendatang. Pihaknya juga menyambut baik dan memberikan apresiasi terhadap partisipasi aktif dari para negara anggota G20, organisasi internasional dan negara undangan dalam pertemuan TIIWG pertama ini.

“Salah satu dari enam isu prioritas berkaitan dengan agenda investasi berkelanjutan. Dalam kesempatan ini, kami mengoptimalkan posisi Indonesia, khususnya dalam menarik investasi yang berkelanjutan dan inklusif,” jelas Riyatno.

Sebanyak 41 delegasi dari negara-negara anggota G20 serta organisasi-organisasi internasional dijadwalkan mengikuti rangkaian kegiatan tersebut. Para delegasi akan bersidang membahas isu-isu prioritas TIIWG G20 serta mengikuti sejumlah agenda budaya yang telah dipersiapkan oleh Kementerian Perindustrian sebagai penyelenggara, didukung Pemkot Solo serta Pemkab Karanganyar.

Pada hari pertama, para tamu dibawa mengunjungi de Tjolomadoe, monumen bersejarah yang merupakan bekas pabrik gula di tahun 1930-an. “Kunjungan ke bekas salah satu pabrik gula terbesar ini diharapkan dapat menguatkan semangat berinovasi untuk bangkit dan pulih bersama, menjalani babak baru yang penuh harapan,” papar Djatmiko.

Sebelumnya, peserta mengunjungi Sustainable Furniture Exhibition yang ditampilkan di lokasi pertemuan, Hotel Alila Solo. “Kami menampilkan industri furnitur kepada para delegasi sebagai salah satu contoh komitmen dalam menjaga industri agar berkelanjutan. Apabila sustainability aspect dalam industri tidak diterapkan, banyak industri yang tidak dapat bertahan,” tegas Eko.

Pertemuan pertama TIIWG G20 menorehkan sejarah baru karena untuk pertama kalinya isu industri secara resmi didiskusikan sebagai salah satu isu utama di G20, bersama isu perdagangan dan investasi.

Dalam pertemuan tersebut, akan dibahas tiga dari enam isu utama dalam TIIWG, yakni Peran Sistem Perdagangan Multilateral untuk akselerasi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan (Sustainable Global Value Chain/GVCs) yang berkelanjutan, serta industrialisasi inklusif yang berkelanjutan melalui Industri 4.0. (ndu/k15)