Lima ribu liter minyak goreng ludes saat operasi pasar yang digelar Pemprov Kaltim di Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Perindagkop dan UKM), beberapa waktu lalu.

 

SAMARINDA–Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengatakan, dalam operasi pasar tersebut tidak ada antrean. Sebab, pendaftarannya dilakukan secara online beberapa hari sebelumnya. Pada 2–4 Maret dan pada 7–11 Maret lalu. Sementara pemanfaatannya adalah khusus bagi keluarga tidak mampu, yang tercatat dalam program keluarga harapan (PKH).

Setiap satu kepala keluarga (KK) dalam operasi pasar hanya diperbolehkan membeli minyak goreng 2 liter dengan harga Rp 14 ribu per liter, atau seharga Rp 28 ribu per kemasan. Harga itu bisa ditekan jauh dari harga pasar terkini, karena minyak goreng yang dijual merupakan stok lama. Yakni ketika harga eceran tertinggi (HET) masih ditetapkan Rp 14 ribu per liter.

Hal itu sesuai dengan Permendag Nomor 6/2022 yang mengatur HET minyak goreng sawit, yakni minyak goreng kemasan premium sebesar Rp 14 ribu per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng curah Rp 11.500 per liter. Namun, saat ini permendag tersebut tidak berlaku setelah dikeluarkannya Permendag Nomor 11/2022, sehingga saat ini HET untuk minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kg.

Rencana awal, operasi pasar tersebut seharusnya digelar pada 15 Maret, namun saat itu dikhawatirkan terjadi penumpukan massa. Sehingga pihaknya kemudian mengatur jam dan menggelar simulasi, agar masyarakat tidak datang bersamaan. "Mekanisme yang diterapkan adalah masyarakat yang telah mendaftar secara daring, kemudian mendapat konfirmasi dan memperoleh barcode," ungkapnya. Roby menjelaskan, saat pembeli datang langsung memperlihatkan barcode dan memperoleh nomor antre, membayar Rp 14 ribu per liter, kemudian mendapat minyak goreng. Dalam prosesnya hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit per orang.

"Itu merupakan cara yang beradab dalam melakukan operasi pasar. Cara itu bisa dilakukan di kabupaten atau kota agar tidak terjadi antrean panjang, sehingga prokes tetap terjaga," bebernya.

Sementara itu, Roby juga menjelaskan, stok minyak goreng Kaltim cukup untuk dua bulan ke depan, bahkan lebih. Karena tingkat kebutuhan hanya 638 ton per bulan, sementara stok mencapai 3.882 ton. "Mengingat masih banyak stok minyak goreng di Kaltim, saya imbau masyarakat tidak perlu panik," ucapnya. Kebutuhan minyak goreng sebanyak 638 ton tersebut merupakan prakiraan yang telah dinaikkan 40 persen, karena untuk menyambut Ramadan dan Idulfitri. Sementara kebutuhan riil selama ini hanya 455 ton per bulan.

Dia juga melanjutkan, stok minyak goreng yang mencapai 3.882 ton tersebut merupakan kuota yang masuk ke Kaltim dalam dua periode. Yakni, pada 14 Februari hingga 4 Maret sebanyak 1.973 ton, dan 3–15 Maret sebanyak 1.908 ton. "Enggak perlu borong. Beli secukupnya," tegas dia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, 2 liter minyak goreng rata-rata cukup untuk kebutuhan satu bulan dalam satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak.

Di sisi lain, stok yang ada juga akan ditambah sebelum barang habis, karena pihaknya tidak ingin ada kelangkaan barang yang dapat meresahkan warga dan terjadinya kenaikan. (kpg/dra/k8)