SAMARINDA-Tahun 2021 industri pupuk dan petrokimia turut menghadapi berbagai tantangan. Seperti pengaruh harga bahan baku, harga komoditas, serapan pasar, hingga distribusi pupuk secara nasional. Namun demikian, melalui berbagai strategi yang komprehensif dan adaptif, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) secara konsisten mampu menjaga produktivitas perusahaan.

Hasilnya, sepanjang 2021 PKT berhasil mengakselerasi laju pertumbuhan perusahaan dengan berbagai strategi. Sambil tetap mempertahankan mandat produksi dan distribusi pupuk untuk kebutuhan pertanian Indonesia. Bahkan tahun lalu mencatat laba Rp 6,17 triliun. Itu 311 persen dari target 2021. Hal itu dijelaskan, Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi.

Dia mengatakan, saat ini market share ekspor urea PKT sudah mencapai 70 persen, dari total ekspor urea Indonesia. Sedangkan untuk keperluan domestik, setidaknya PKT memenuhi 40 persen keperluan urea nasional. Tak hanya urea, amoniak juga demikian. Hampir sepertiga dari ekspor amoniak Indonesia, berasal dari PKT. Sedangkan untuk keperluan domestik, 80 persen kebutuhan Indonesia dipenuhi oleh PKT.

“Pada 2021, dengan berbagai tantangan utamanya Covid-19. Pupuk Kaltim mampu keluar dari Covid-19 dan memanfaatkan peluang. Sehingga, berhasil mencatat laba sebesar Rp 6,17 triliun. Itu merupakan rekor laba tertinggi selama PKT berdiri,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Kamis (24/3).

Ke depannya, kata dia, perusahaan melihat setidaknya terdapat enam perubahan mendasar di dunia yang masih akan berpengaruh terhadap bisnis dan operasional. Yaitu peningkatan keperluan kesehatan akibat pandemi, krisis rantai pasok global, ketahanan pangan di tengah makin terbatasnya lahan pertanian, dan tingkat kesejahteraan secara global yang berpengaruh terhadap permintaan pangan berkualitas.

Selanjutnya kesetaraan dan inklusivitas dalam seluruh aktivitas perusahaan dan transformasi bisnis ramah lingkungan. “Berkaca dari hal tersebut, PKT akan bertransformasi melalui strategi jangka panjang yang dinamai growth strategy,” tuturnya.

Senada, Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta mengatakan, saat ini, berbekal kapabilitas perusahaan dalam hal produksi dan teknologi, PKT tengah bertransformasi menjadi pelaku industri petrokimia yang berorientasi pada efisiensi energi dan diversifikasi usaha.

Salah satu yang menjadi fokus perusahaan, yaitu pengembangan komoditas bisnis baru, dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular dan memanfaatkan emisi produksi. Seperti pengembangan soda ash yang diolah dari bahan baku amoniak, dan CO2 yang dihasilkan dari proses produksi pupuk PKT.

“Selain itu, dengan beralih kepada bahan baku energi terbarukan, PKT juga bisa menjamin keberlanjutan perusahaan, yang tentunya berorientasi pada penerapan prinsip ESG (environmental, social, and governance),” tuturnya. (rom/k15)

 

CATUR MAIYULINDA

@caturmaiyulinda