SAMARINDA–Banjir yang kerap terjadi di Jalan Pramuka hingga Jalan Perjuangan, dinilai disebabkan hilangnya daerah resapan di sisi hulu, yakni dari kawasan Perumahan Villa Tamara hingga permukiman padat di kawasan Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu.
Disumbang tidak mampunya drainase yang ada menampung limpasan akibat tingginya sedimentasi. Pernyataan itu disampaikan konsultan masterplan banjir Samarinda Eko Wahyudi.
Penyandang sertifikasi tenaga ahli Sumber Daya Air Utama dari asosiasi profesi yang ditunjuk LPJK itu menceritakan, secara topografi saluran Jalan Pramuka itu memang tidak masuk ke kawasan Unmul. Justru Unmul akan terdampak bila saluran pengumpul utama (collector drainage) dari simpang Jalan Pramuka-Jalan Perjuangan ke Unmul dibuka.
“Makanya dibuat pintu air agar limpasan mengalir ke area kampus. Apalagi kampus sudah dikelilingi drainase pengumpul sebelum masuk ke Sungai Karang Mumus (SKM), dan dilengkapi pompa di dekat jembatan Gelatik dan belakang Fakultas Perikanan Unmul,” ucapnya, Selasa (4/1).
Dia menjelaskan, banjir di Jalan Pramuka diakibatkan debit dari asal, yakni kawasan permukiman di Kelurahan Gunung Kelua hingga Perumahan Villa Tamara yang sudah sangat tinggi. Apalagi kawasan tangkapan air yakni Jalan Pramuka hampir 80 persen telah berubah menjadi kawasan impermeable (tidak bisa diubah lagi). “Air hujan yang masuk langsung melimpas ke permukiman,” ucapnya.
Solusi terbaik yakni pemerintah harus memikirkan pengendalian di sisi hulu, ada kolam retensi di kawasan Perumahan Villa Tamara yang tidak terdeteksi sistemnya, namun bila itu bisa dimaksimalkan, maka bisa mengurangi dampak jalur limpasan. Selain itu, saat ini di beberapa kota besar tengah dibangun kawasan permanen air hujan (PAH/rain water harvesting). “Membebaskan area-area kecil untuk dibangun kolam sehingga bisa menjadi area retensi sementara air hujan agar tidak langsung mengalir ke drainase utama,” ucapnya.
Sebelumnya, Lurah Sempaja Selatan Deddy Wahyudi didampingi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sempaja Selatan Mohammad Hanafi bersama anggotanya, mengajak harian ini menyambangi saluran drainase di kawasan kampus Universitas Mulawarman (Unmul), tepatnya di gedung baru Fakultas Farmasi dan Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
Penelusuran itu diinisiasi beberapa ketua RT yang melaporkan dugaan pembangunan kampus baru Unmul yang menyebabkan banjir, sehingga kerap merendam kawasan Jalan Pramuka dan Perjuangan.
Di sela-sela pemantauan, Deddy menyebut, awal kejadian itu pihaknya menerima laporan dari RT 2, Kelurahan Sempaja Selatan, menyatakan dugaan penyebab banjir berasal dari sistem drainase gedung kampus baru Unmul yang tidak lancar.
Pada Sabtu (25/12) 2021 lalu, pihaknya didampingi LPM menyusuri anak sungai dari Jalan Perjuangan Baru (simpang tiga Jalan Pramuka-Perjuangan-Unmul) menuju saluran kampus baru Unmul. “Di sana kondisinya memprihatinkan. Sedimentasi tinggi, rumput juga tinggi, sampahnya menumpuk, tidak bisa masuk ke drainase,” ucapnya. Sedangkan di sekitar bangunan, juga telah dilakukan penanggulangan hingga area bawah gedung yang bertipe panggung itu, menjadi kolam ikan. Sedangkan di sisi hilir, tidak ada jalur drainase menuju Sungai Karang Mumus (SKM). Padahal, dahulu drainase Jalan Perjuangan Baru menembus hingga ke SKM. “Kondisi terkini air menjadi bebas mengalir ke area rawa, menyebabkan ketika hujan deras berimbas ke permukiman warga di RT 1, 2, 3, 4, 5, dan 6,” sambungnya.
Dia akan bersurat untuk bertemu Wali Kota Samarinda Andi Harun dan melaporkan kondisi tersebut. Begitu juga surat akan dilayangkan ke Rektor Unmul Masjaya, dalam rangka mempertanyakan kondisi di lapangan dan meminta solusi. “Bagaimanapun ketika pemkot mengendalikan banjir, harus ada dukungan dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Unmul,” tegasnya. (dns/dra/k8)