Lurah Sempaja Selatan Deddy Wahyudi didampingi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sempaja Selatan Mohammad Hanafi bersama anggotanya, mengajak harian ini menyambangi saluran drainase di kawasan kampus Universitas Mulawarman (Unmul), tepatnya di gedung baru Fakultas Farmasi dan Kesehatan Masyarakat (Kesmas).

 

SAMARINDA–Penelusuran itu diinisiasi beberapa ketua RT yang melaporkan dugaan pembangunan kampus baru Unmul yang menyebabkan banjir, sehingga kerap merendam kawasan Jalan Pramuka dan Perjuangan.

Di sela-sela pemantauan, Deddy menyebut, awal kejadian itu pihaknya menerima laporan dari RT 2, Kelurahan Sempaja Selatan, menyatakan dugaan penyebab banjir berasal dari sistem drainase gedung kampus baru Unmul yang tidak lancar.

Pada Sabtu (25/12) 2021 lalu, pihaknya didampingi LPM menyusuri anak sungai dari Jalan Perjuangan Baru (simpang tiga Jalan Pramuka-Perjuangan-Unmul) menuju saluran kampus baru Unmul. “Di sana kondisinya memprihatinkan. Sedimentasi tinggi, rumput juga tinggi, sampahnya menumpuk, tidak bisa masuk ke drainase,” ucapnya. Sedangkan di sekitar bangunan, juga telah dilakukan penanggulangan hingga area bawah gedung yang bertipe panggung itu, menjadi kolam ikan. Sedangkan di sisi hilir, tidak ada jalur drainase menuju Sungai Karang Mumus (SKM). Padahal, dahulu drainase Jalan Perjuangan Baru menembus hingga ke SKM. “Kondisi terkini air menjadi bebas mengalir ke area rawa, menyebabkan ketika hujan deras berimbas ke permukiman warga di RT 1, 2, 3, 4, 5, dan 6,” sambungnya.

Dia akan bersurat untuk bertemu Wali Kota Samarinda Andi Harun dan melaporkan kondisi tersebut. Begitu juga surat akan dilayangkan ke Rektor Unmul Masjaya, dalam rangka mempertanyakan kondisi di lapangan serta meminta solusi. “Bagaimanapun ketika pemkot mengendalikan banjir, harus ada dukungan dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Unmul,” tegasnya.

Ditemui terpisah, harian ini bertemu dengan Profesor Thamrin Rahman selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknik Unmul, Senin (3/1). Thamrin menjelaskan, detail soal pembangunan gedung kampus khususnya Fakultas Farmasi dan Kesmas. Sebelum pembangunan awal gedung pada 2018, Masjaya sudah mewanti-wanti pihaknya melaksanakan pembangunan dengan nuansa alami dan pendidikan. Khusus di gedung yang dipermasalahkan warga pun desainnya dibuat untuk menanggulangi banjir. “Pada waktu tertentu, ketika curah hujan tinggi di atas 80 mm, air SKM cenderung meluap ke darat. Adanya tanggul di sekitar gedung kampus menjadi penampungan sementara air,” ucapnya.

Sedangkan untuk saluran drainase yang berhubungan dengan drainase alam di Jalan Perjuangan Baru, disebutnya sudah dibangun lebih besar, yakni lebar 4,7 meter dengan ketinggian 2 meter. Memang selama ini minim perawatan, sehingga ketika masyarakat melihat, banyak sampah menumpuk di bagian inlet drainase, tetapi itu bukan penyebab utama banjir di simpang Jalan Pramuka-Perjuangan. “Bahwa sebelum membangun kami juga sudah melakukan kajian melalui dokumen analisis dampak lingkungan (amdal), serta berkonsultasi dengan berbagai pihak terkait efektivitas penanggulangan banjir,” ucapnya.

Dia siap jika suatu waktu ada warga yang mempertanyakan sistem drainase di kawasan tersebut. Karena ketika dibangun, sudah memperhitungkan dan mengkaji sesuai dengan disiplin ilmu. Bahkan untuk drainase gedung baru itu sudah diperhitungkan. “Di hilir drainase kampus memang tidak ada saluran ke SKM, karena ada lahan kami yang masih berbentuk rawa, berfungsi sebagai retensi alami. Untuk inlet dan outlet drainase baru akan kami bersihkan,” tutupnya. (dns/dra/k8)