Akhir tahun adalah musim liburan. Namun semenjak pandemi, pembatasan pun dilakukan. Diimbau untuk tidak mengadakan ataupun melakukan kerumunan. Demi mencegah penyebaran virus Covid-19 yang mewabah sejak tahun lalu.
PEMERINTAH pun mengeluarkan berbagai imbauan terkait. Baik pusat hingga daerah. Menyesuaikan kondisi situasi penyebaran corona di daerah masing-masing. Sebagai salah satu objek wisata pantai, Lamaru tetap buka seperti biasa untuk menyambut wisatawan pada Tahun Baru 2022.
“Ya sudah sekitar tiga bulan terakhir kami mulai buka secara normal. Ada juga peningkatan 15 persen dibanding sebelumnya. Kami tetap buka baik tanggal 31 Desember maupun 1 Januari mendatang. Tapi tentu dengan syarat protokol kesehatan. Ini semua kami mengikuti aturan pemerintah,” beber Operational Manager Pantai Wisata Lamaru Tonny Kansil.
Selain itu, per 24 Desember lalu pihaknya juga sudah mulai menerapkan plikasi peduli lindungi untuk tamu yang masuk. Sehingga disebutkannya bisa dia kontrol bagaimana arus wisatawan yang datang berkunjung.
“Wajib scan barcode aplikasi peduli lindungi. Check in dan check out. Jadi kami bisa tahu tamu masuk berapa, keluar berapa. Dan tentu kami juga ada manual yang masuk lewat depan itu, pos satpam itu,” ujarnya.
Dia melanjutkan jika edaran terbaru mengenai operasional tempat wisata selamat Natal dan Tahun Baru, diberi kelonggaran kapasitas. Jika sebelumnya setengah atau maksimal 50 persen, sekarang sudah boleh maksimal 75 persen.
“Jadi kami punya kapasitas pantai itu bisa menampung sampai 22 ribu orang. Selain itu juga kami kan wisata outdoor. Sejauh ini kami tetap patuh terhadap berbagai imbauan pemerintah, sempat tutup beberapa lama, dan ini buka lagi sesuai imbauan dan instruksi pemerintah setempat,” jelas Tonny.
Jika situasi normal, dia mengatakan bahwa Lamaru selalu mengadakan event untuk menyambut Tahun Baru. Termasuk fasilitas camping ground. Dia juga menegaskan, jika ingin berkemah di kawasan Lamaru untuk malam pergantian tahun tak masalah.
“Silakan, kami perbolehkan. Tapi tentu syaratnya enggak boleh menggunakan musik-musik nyaring yang bisa mengundang kerumunan. Misal keluarga atau komunitas, mau bakar-bakar ikan pas malam tahun baru ya enggap apa-apa. Tapi kami imbau untuk tidak menggunakan musik yang nyaring, kami juga enggak menyediakan,” paparnya.
Sama halnya dengan Riki Rosadi selaku pengelola Puncak 30 Sidomulyo Samarinda. Sampai saat ini dia masih menunggu instruksi terbaru mengenai tempat wisata apakah diperbolehkan beroperasi saat tahun baru.
Namun informasi terakhir yang dia terima, boleh dibuka dengan jam operasional maksimal 10 malam. “Nah untuk kapasitas juga bertambah, kalau sebelumnya 50 persen, sekarang sudah boleh 75 persen,” sebutnya.
Tempat wisata yang menawarkan pemandangan Samarinda dari perbukitan itu baru dibuka 17 Agustus 2020 lalu. Selama pandemi, diakui cukup bersusah payah untuk mengenalkannya. Apalagi dengan instruksi mengenai aturan tempat wisata yang tutup buka.
Riki mengatakan jika ada ketentuan yang mesti dipatuhi bersama jika tempat wisata boleh beroperasi. Salah satunya yakni tidak adanya event atau kegiatan termasuk musik-musik yang dapat mengundang kerumunan.
Disebutkan jika kapasitas maksimal tamu yang bisa berkunjung yakni 90 orang. Jika diperbolehkan buka, tentu dia tetap mematuhi aturan. “Namanya wisata outdoor, kami juga bergantung cuaca. Tapi sejauh ini sudah lumayan antusias masyarakat. Dan ke depan tentu kami sudah persiapkan fasilitas termasuk rencana event untuk bisa mengundang tamu,” kata dia.
Nah, hal berbeda disebutkan Diah Pratama Sari sebagai pengelola Taman Wisata dan Edukasi Kembang Jaong, Bensamar, Kutai Kartanegara. Edaran pemerintah setempat mengatakan jika semua objek wisata baik yang dikelola pemerintah maupun swasta ditutup mulai 31 Desember hingga 1 Januari.
“Jadi ya tentu kami ikuti aturan itu. Walau memang sudah ada yang reservasi khususnya anak sekolah. Karena kami kan konsepnya edukasi juga. Jadi ya pada enggak jadi,” ungkapnya.
Fasilitas lain yang mereka tawarkan juga camping ground, namun terpaksa mereka tiadakan. Imbas pandemi dengan aturan pemerintah yang buka tutup tempat wisata, membuat objek wisata tersebut mengalami penurunan pengunjung.
“Awalnya itu pernah viral karena ada dari duta wisata Kukar yang datang. Tapi karena buka tutup, jadi mungkin masyarakat mikirnya masih tutup. Untuk promosi dan informasi juga kita manfaatkan sosial media,” jelasnya.
Pengembangan fasilitas terus dilakukan. Dengan konsep agrowisata, pihaknya menawarkan pengalaman wisata sambil berkebun. Dengan jam operasional mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore.
“Ke depan sudah mulai planning. Tapi tentu masih melihat situasi juga, karena kan memang masih belum tahu nanti aturannya seperti apa lagi. Daerah lain itu kan boleh buka wisatanya, cuma memang di Kukar status level pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih tinggi,” tutup Sari. (rdm)